Category: Komputer

  • Monitor Gaming Xiaomi G24i 2026 IPS 200Hz Harga 1 Jutaan

    Monitor Gaming Xiaomi G24i 2026 IPS 200Hz Harga 1 Jutaan

    Biasanya, kalau dengar monitor gaming murah, ekspektasi orang langsung turun. Tapi Xiaomi G24i 2026 ini bikin kaget, karena langsung kasih refresh rate 200Hz tanpa trik overclocking. Buat yang sering main FPS, screen tearing minim karena sudah support FreeSync Premium dan kompatibel dengan G-Sync. Bahkan ada low frame rate compensation, jadi enggak gampang patah-patah.

    Build Quality: Solid tapi Simpel

    Uniknya, justru bagian build quality enggak jauh beda sama versi lama G24i 180Hz. Kakinya masih hanya bisa tilt, tapi bahannya solid dengan base metal. Bedanya, stand dibalut casing plastik putih tebal. Ada yang bilang agak bulky, tapi sebenarnya justru ngasih kesan gaming banget. Posisi port HDMI, DP, power, dan audio dipindahin ke bawah, kabel jadi lebih rapi. Bonusnya, dalam paket penjualan sudah ada kabel HDMI bawaan.

    Cocok Buat Desain dan Editing

    Meski dibanderol harga Rp1,4 jutaan, panel IPS 24 inch ini enggak kaleng-kaleng. Akurasi warnanya hampir 100% sRGB dengan delta E <2, yang artinya cukup presisi buat editing foto, desain grafis, atau kerjaan anak DKV dan arsitektur. Brightness sampai 400 nits, sudah support HDR berbasis FRC. Kekurangannya, contrast ratio sedikit turun ke 1000:1 dibanding seri lama yang 1300:1.

    Monitor Gaming Murah Xiaomi vs Kompetitor

    Kalau dibandingin sama LG UltraGear atau Galaxy 5 series yang harganya Rp1,5 jutaan, jelas G24i 2026 lebih menarik karena sudah 200Hz. Ada Cube Gaming Iris di kisaran harga sama, tapi belum jelas gamut dan akurasi warnanya bisa setara atau enggak. Jadi, buat pemula yang lagi ngerakit PC pertama kali, monitor ini jadi semacam “standar minimum baru” di kelas monitor gaming murah.

    Intinya, Xiaomi G24i 2026 adalah monitor gaming sejuta umat yang susah dilawan di harga Rp1,4 jutaan. Refresh rate tinggi, panel IPS warna akurat, harga ramah kantong, dan sudah cukup buat kerja kreatif maupun main game santai.

  • Review Monitor Portable UPerfect C2 Pro 16 Inch: Layar Kedua Buat Kerja dan Gaming 240Hz

    Review Monitor Portable UPerfect C2 Pro 16 Inch: Layar Kedua Buat Kerja dan Gaming 240Hz

    Dengan refresh rate 144Hz sampai 240Hz, layar 16 inci 2K IPS ini seperti memberi nafas baru untuk produktivitas mobile, tapi terasa agak mubazir kalau cuma dipakai buka Excel atau Word.

    Kelebihan Monitor Portable untuk Work From Anywhere Jakarta

    Kultur work from anywhere Jakarta Selatan identik dengan laptop tipis, TWS, dan kopi susu. Meskipun begitu, harus siap dengan konsumsi baterai ultrabook yang lebih boros kalau layar ini dipakai full 240Hz.

    Desain Tipis 0,6 cm dan Bobot 678 Gram

    Kalau dipikir-pikir, monitor ini benar-benar ringkas. Tebalnya cuma 0,6 cm di bagian tipis dan 1,5 cm di sisi tebal, bobotnya hanya 678 gram. Stand bawaan sudah include, jadi tidak perlu repot bawa aksesoris tambahan. Bezelnya tipis ala laptop modern, tapi sayangnya tidak ada sleeve pelindung dalam paket pembelian, jadi tetap harus cari tas tambahan biar aman.

    UPerfect C2 Pro Buat Gaming: 240Hz Anti Ghosting

    Di tes UFO, blur dan ghosting minim, terutama di 144Hz ke atas. Buat gamer PC, opsi 2K 240Hz terasa manis, meski jangan kaget kalau suhu monitor bisa tembus 56°C setelah 15 menit gaming.

    Konektivitas Lengkap dengan USB-C dan Mini HDMI

    Port yang tersedia ada 2x USB-C (bisa power + display) dan 1x mini HDMI. Termasuk 2 kabel USB-C dan 1 HDMI to mini HDMI. Jadi secara setup, cukup colok dan langsung jalan.

    Speaker Stereo Bawaan: Ada Tapi Biasa Saja

    Jangan berharap banyak dari speaker stereo bawaan. Fungsinya lebih sebagai pelengkap, bukan untuk hiburan serius. Lebih baik tetap gunakan TWS atau headset kalau mau audio yang proper.

    Harga Monitor Portable 144Hz dan 240Hz di Indonesia

    Harga resmi monitor ini memang agak bikin mikir: sekitar Rp3,2 juta untuk varian 144Hz dan Rp4,8 juta untuk versi 240Hz. Tapi kalau ingin fleksibilitas gaming, editing, plus kerja mobile dengan layar luas, harga ini masih masuk akal.

    Monitor Portable Buat Apa Sih Sebenarnya?

    Uniknya, monitor portable tidak selalu soal kerja. Banyak yang pakai buat setup PS5 di kafe bareng teman, nonton film bareng, atau jadi layar tambahan pas live streaming. Jadi, pada akhirnya balik lagi ke workflow masing-masing.

  • Review Xiaomi A27 UI Monitor 4K Stand Adjustable

    Review Xiaomi A27 UI Monitor 4K Stand Adjustable

    Biasanya kalau bahas monitor, orang langsung tanya: “Apakah layak dibeli?”. Jadi biar gak bertele-tele, jawabannya: iya, Xiaomi A27 UI wajib masuk wishlist kalau nyari monitor 4K murah dengan USB-C dan stand adjustable.

    Monitor 4K USB-C Paling Worth It di Rp3 Jutaan

    Dengan harga Rp3,3 jutaan, fitur yang ditawarkan bisa bikin pesaing kayak LG Ultrafine atau MSI Pro jadi agak minder.

    USB-C Power Delivery 90W: Laptop & Tablet Auto Nyaman

    Salah satu alasan monitor ini cepat viral adalah port USB-C 3.2 yang bukan sekadar transfer display, tapi juga bisa ngisi daya laptop sampai 90W. Kebayang kan? Laptop kerjaan bisa langsung colok monitor tanpa perlu ribet charger tambahan. Bisa sngecas HP, tablet, sampai Samsung Dex.

    Menariknya, walau dipakai via HDMI atau DisplayPort, port USB-C tetap kepake buat ngecas keyboard wireless, headset, atau mouse. Jadi meja kerja lebih rapi tanpa perlu colokan tambahan.

    Plastik Polos Tapi Stand Adjustable yang Jadi Penyelamat

    Bodi monitor ini memang polos, full plastik hitam. Tapi yang bikin beda ada di stand bawaan yang adjustable:

    • Bisa naik turun,
    • Bisa tilt kiri-kanan,
    • Bahkan bisa pivot biar nonton TikTok full screen 😂.

    Di harga segini, saingannya kayak LG Ultrafine 27 inch masih pakai stand basic.

    Panel IPS 27 Inch 4K: Warna Akurat, Delta E < 1

    Xiaomi kasih:

    1. Panel IPS 27 inch
    2. Resolusi 4K UHD
    3. 95% DCI-P3

    Yang lebih gokil lagi: precalibrated dengan Delta E < 1. Buat yang sering edit foto, video, atau desain grafis, akurasi warnanya udah proper banget.

    Kalau cuma buat Netflix, YouTube, atau kerja multitasking di kamar kos, kualitas visualnya udah lebih dari cukup. Solusi buat ruangan sempit.

    Kontras & HDR yang Masih Entry Level

    Gak ada produk murah tanpa kompromi. Di monitor ini:

    • Kontras cuma sekitar 1200:1 → jadi hitamnya masih kurang pekat.
    • HDR support, tapi 8-bit FRC (bukan 10-bit native).

    Artinya, kalau dipakai buat konten HDR serius, jangan berekspektasi tinggi. Tapi untuk penggunaan harian, efek banding di langit atau area gelap masih bisa ditoleransi.

    Perkabelan & Aksesoris Lengkap Tapi Tanpa Speaker Internal

    Dalam box, Xiaomi kasih:

    • Kabel DisplayPort,
    • Kabel USB-C 3.2 support DP & PD,
    • Power brick eksternal 120W (30W buat monitor, sisanya buat power delivery).

    Sayangnya, gak ada speaker internal, cuma bisa pass-through audio via jack 3.5mm. Butuh speaker eksternal/headset.

    Edit, Streaming, Multitasking

    Setelah dipakai beberapa hari, rasanya monitor ini paling cocok buat:

    • Mahasiswa/anak kos → ruang sempit, tapi butuh layar tajam buat kerja dan hiburan.
    • Content creator → editing foto/video dengan warna akurat, tapi budget terbatas.
    • Pekerja remote → laptop tinggal colok USB-C, langsung charging + display.

    Kalau buat gaming? Refresh rate masih standar, gak ada adaptive sync. Jadi monitor ini lebih ke arah produktivitas daripada gaming kompetitif.

    Kompetitor Terdekat: Lenovo, MSI, LG

    Kalau dibandingin:

    • Lenovo N27P (Rp3,8 jutaan) → Adaptive sync.
    • Lenovo L27M (Rp2,5 jutaan) → ada USB-C tapi masih Full HD.
    • LG Ultrafine & MSI Pro → gak ada stand adjustable.

    Garansi Resmi 3 Tahun: Aman Buat Jangka Panjang

    Xiaomi kasih garansi resmi 36 bulan (3 tahun). Walaupun kualitas service center masih suka jadi tanda tanya, setidaknya secara dokumen, perlindungan produk udah cukup panjang.

    Kadang monitor murah cuma jadi pajangan. Tapi beda cerita kalau ketemu Xiaomi A27 UI: harga masuk akal, fitur USB-C bertenaga, stand fleksibel, plus panel 4K tajam.

    Apakah ada kekurangan? Jelas ada. Tapi dengan Rp3,3 juta-an, sulit cari tandingan seimbang antara harga, fitur, dan akurasi warna.

  • Review Axioo Flex 3 AIO: All-in-One PC Lokal

    Review Axioo Flex 3 AIO: All-in-One PC Lokal

    Siapa bilang brand lokal enggak bisa bersaing? Desainnya clean, warna putih yang elegan, dan paketnya sudah lengkap dengan keyboard dan mouse wireless.

    Layar Besar IPS dengan Warna Akurat

    Salah satu keunggulan AIO ini adalah layarnya. Dengan ukuran 23,8 inci dan panel IPS beresolusi Full HD, hasil gambar terlihat tajam dan nyaman untuk dipakai kerja, desain grafis, hingga menonton film. Sasis yang ramping dan bezel tipis membuat meja kerja terlihat lebih luas.

    Ergonomi yang Fleksibel dan Kamera Pop-Up 1440p

    Stand Axioo Flex 3 bisa diatur naik-turun. Ada juga kamera pop-up dengan resolusi 1440p, cocok untuk meeting online atau belajar jarak jauh.

    Performa Intel Core i3 Gen 12

    Ditenagai prosesor Intel Core i3-1215U, RAM 8GB dual-channel (upgrade hingga 64GB), dan storage SSD NVMe 256GB, AIO ini cukup kencang untuk kerja harian seperti mengetik, browsing, hingga editing ringan di Adobe Premiere. Export video Full HD berjalan mulus, meski untuk rendering 3D dan game AAA performanya terbatas.

    Port dan Konektivitas: Lengkap tapi Tanpa Type-C

    Di balik desainnya yang ringkas, tersedia port USB 3.0, HDMI, VGA, RJ45, dan audio jack. Sayangnya, port Type-C belum hadir sehingga untuk transfer data cepat tetap memerlukan dongle tambahan. Namun untuk kerja kantoran, port yang ada sudah memadai.

    Gaming dan Multimedia: Bisa untuk Ringan

    Meski bukan untuk gaming berat, Axioo Flex 3 mampu menjalankan game ringan seperti Dota 2, Valorant, dan Genshin Impact dengan pengaturan grafis rendah.

    Worth It untuk Budget 5 Jutaan

    Dengan harga sekitar Rp5 jutaan, Axioo Flex 3 AIO menghadirkan kombinasi layar besar, fleksibilitas, dan paket lengkap untuk kebutuhan rumah atau kantor. Kekurangannya? Tidak ada port Type-C dan performa gaming terbatas. Tapi dengan desain modern, akurasi warna yang baik, dan paket wireless keyboard-mouse, produk ini layak dipertimbangkan.

  • NAS Terbaik untuk Content Creator & UMKM: Review Synology DS225 Plus dengan Fitur Lengkap

    NAS Terbaik untuk Content Creator & UMKM: Review Synology DS225 Plus dengan Fitur Lengkap

    Kalau bicara soal penyimpanan digital, hampir semua orang butuh. NAS Synology DS225 Plus kapasitasnya bisa sampai 40TB, desainnya compact, proteksi data kuat, dan aksesnya bisa dari mana saja. Untuk harga di kisaran Rp6 jutaan (device saja), ini tergolong investasi terjangkau dibanding repot mengatur server sendiri.

    Kenangan Digital dan Pentingnya Storage Besar

    Sayangnya, menyimpan file sebesar itu bikin storage PC atau MacBook cepat merah. Menghapus bukan pilihan. Di sinilah NAS berperan sebagai “lemari digital” yang rapi dan aman.

    Pengalaman Pahit Bangun Server Sendiri

    Pernah coba bikin server NAS manual? Ribetnya luar biasa. Mulai dari memilih hardware, instalasi OS, setting jaringan, mengatur permission, hingga memikirkan keamanan. Kalau ada error, semua harus diatasi sendiri. Biaya yang terlihat hemat di awal ternyata dibayar mahal dengan waktu, stres, dan tenaga. Itulah kenapa beralih ke NAS Synology jadi keputusan logis: tinggal colok, atur sedikit, lalu pakai.

    Proses Instalasi: Semudah Membuat Kopi Instan

    Setelah membeli DS225 Plus, instalasinya simpel. Tinggal pasang hard disk, hubungkan ke listrik dan LAN, lalu jalankan setup via browser di find.synology.com. Buat akun QuickConnect ID untuk akses jarak jauh, pilih tipe RAID sesuai kebutuhan — mau SHR untuk keamanan data dengan mirroring, atau RAID 0 untuk kapasitas maksimal.

    Performa Transfer Data yang Ngebut

    Backup file 27,6GB hanya butuh 4 menit 30 detik lewat koneksi LAN tanpa internet. Kecepatan ini setara, bahkan kadang mengungguli, hard disk eksternal. Ada juga fitur Snapshot Replication yang memungkinkan memulihkan data ke versi sebelumnya jika terkena ransomware. Ditambah Hyper Backup yang bisa menyimpan cadangan ke NAS lain atau cloud seperti Google Drive.

    Fitur Tambahan untuk Kerja Tim dan Fotografer

    Bagi tim kreatif, Sinology Drive bekerja layaknya Google Drive versi pribadi. Semua anggota bisa berbagi file, dengan izin akses yang bisa diatur sesuai peran. Fotografer juga diuntungkan dengan fitur auto backup foto dari HP yang terkelompok otomatis menggunakan AI.

    Keamanan dan Multifungsi

    NAS ini dilengkapi AES 256-bit encryption, two-step verification, firewall, hingga auto block IP mencurigakan. Cocok untuk backup CCTV, menyimpan rekaman berbulan-bulan, tergantung kapasitas.

  • AIO PC Zyrex Orion Cuma 5 Jutaan!

    AIO PC Zyrex Orion Cuma 5 Jutaan!

    Kalau dirimu tipikal yang kerja dari rumah, ngerjain proyek desain ringan, atau suka tampilan meja kerja minimalis, bisa jadi All-in-One dari Zyrex ini cocok banget. Tapi sabar dulu, karena kita bakal bahas semua hal unik dari Zyrex Orion, si jagoan murah yang diam-diam ngasih banyak kejutan.

    Semua Mulai dari Layar, Bukan dari Prosesor

    Biasanya kita bahas komputer mulai dari chipset. Tapi kali ini nggak. Karena yang paling mencolok dari Zyrex Orion adalah layarnya. Bayangkan saja, dengan harga di kisaran Rp5 jutaan, kamu dapat panel IPS berukuran hampir 24 inci yang warnanya nyaris 100% sRGB!

    Angkanya bahkan mencengangkan:

    • sRGB: 97,2%
    • DCI-P3: 84,6%
    • NTSC: 79,4%

    Untuk pekerjaan desain seperti editing di Lightroom, Canva, CapCut dan sejenisnya, ini udah mewah. Bahkan refresh rate-nya bukan standar 60Hz, tapi 100Hz. Scroll Excel aja berasa mulus kayak game e-sport.

    Kekuatan Sejati si Diam-Diam Mematikan

    Jangan tertipu dengan penampilannya yang kalem. Di dalam tubuh mungil Zyrex Orion ini, tersembunyi prosesor Intel Core i3-1215U (6 core, 8 thread) yang mampu menangani tugas harian tanpa drama. Multitasking lancar, SSD NVMe 256GB-nya 3000 Mbps. RAM-nya memang masih single-channel, tapi bisa di-upgrade ke dual channel buat performa yang makin mulus.

    Cocok Buat Siapa, Sih?

    • Karyawan WFA / Freelancer
    • Guru dan Dosen Pengajar Online
    • Siswa SMA hingga Mahasiswa
    • Desainer entry-level
    • Orang tua yang cuma butuh PC rapi buat Zoom, kerja Excel, dan browsing

    Zyrex Orion ini pas buat yang anti rakit PC. Tinggal colok, nyala, jalan.

    Gaming? Bisa, Asal Jangan Ngeyel

    Zyrex Orion memang bukan buat gamer hardcore. Tapi Valorant atau DOTA 2 FPS di atas 60. Bahkan Genshin Impact bisa tembus 36-57 FPS di pengaturan mentok kiri. Masih asik kalau sesekali ingin hiburan.

    Desain Minimalis, Tapi Stand Besi

    Dari luar, tampilannya kalem. Branding minim, dominasi warna netral. Stand-nya sudah pakai bahan logam yang solid. Sayangnya hanya bisa tilt, belum bisa height adjust. Di bagian belakang, semua komponen PC menyatu dalam satu area, tapi pinggirannya tetap ramping, memberi kesan slim.

    Port Lengkap, Tapi Tanpa Petunjuk

    Urusan konektivitas, Zyrex Orion ini punya banyak port:

    • 4x USB-A 3.2 Gen 1
    • 1x USB-C
    • LAN Port
    • Audio jack
    • Webcam pop-up (resolusi 720p, 30fps)

    Sayangnya, enggak ada label arah di port-nya. Jadi kalau belum hafal posisi, siap-siap meraba. Lumayan buat jaga privasi.

    Keyboard & Mouse? Ya… Kantor Banget

    Setiap pembelian sudah termasuk keyboard dan mouse kabel, standar ala-ala warnet. Nggak istimewa, tapi fungsional. Kalau butuh kenyamanan lebih, disarankan ganti ke versi wireless yang lebih ergonomis.

    Tes Dunia Nyata: Bukan Cuma Benchmark

    • Waktu mengolah data Excel besar: 57 detik
    • Waktu rendering video Full HD di CapCut: 8 menit 45 detik
    • Suhu maksimum saat rendering: 84-90°C, tanpa throttling

    Performa ini udah cukup banget buat kerja beneran. Untuk video 4K memang butuh waktu lebih lama, sekitar 12 menit. Tapi kalau bukan kerjaan rutin, masih bisa ditoleransi.

    Kekurangan yang Layak Dimaafkan

    1. Speaker tipis
    2. Joystick pengaturan brightness masih berpotensi bikin salah pencet.
    3. Belum ada height adjustment pada stand.
    4. RAM hanya single channel (tapi bisa di-upgrade).

    Zyrex Orion itu AIO PC cocok buat kerja, belajar, dan sedikit hiburan. Enggak overclaim, tapi juga enggak banyak gimmick. Apa yang dijanjikan, itu yang dikasih.

    Garansi dan Layanan

    Zyrex kasih garansi 2 tahun, dan service center-nya udah tersebar luas di Indonesia. Jadi nggak perlu takut kalau ada kendala teknis. Ini penting banget, apalagi buat pemilik UMKM atau pekerja freelance yang nggak bisa lama-lama nunggu servis.

    Jadi gimana? Worth it?

    Kalau kamu lagi cari All-in-One PC terbaik harga 5 jutaan yang tampil beda, siap dipakai kerja langsung, dan enggak malu-maluin kalau dipajang di kantor, Zyrex Orion layak banget buat dipinang.

    Mau lebih nyaman?

    Upgrade keyboard, mouse, dan speaker eksternal. Sisanya udah mantep.

  • Review ASUS ExpertCenter P400: AIO PC Hemat Listrik

    Review ASUS ExpertCenter P400: AIO PC Hemat Listrik

    Banyak yang bilang laptop itu solusi paling praktis buat kerja. Tapi kenyataannya, nggak semua butuh mobilitas. Ada juga yang butuh performa stabil, desain rapi, dan hemat ruang, terutama buat kantor, klinik, bahkan perpustakaan. Apalagi yang satu ini: ASUS ExpertCenter P400 series.

    Siapa sangka, dengan konsumsi listrik cuma 65 watt di full load dan idle-nya cuma 20 watt, PC ini bisa kasih performa setara laptop dengan Core i5 Gen 13, RAM 32 GB DDR5, dan SSD 1 TB PCIe Gen 4. Enak buat dilihat, enak juga buat kerja seharian penuh.

    Lanjut ke hal yang sering dianggap remeh: kualitas build. ExpertCenter P400 ini udah lolos sertifikasi military standard MIL-STD 810H, padahal bukan laptop mobile lho. Artinya, tetap aman walau sering pindah ruangan, kena suhu tinggi, atau kelembapan.

    Tapi apa cuma itu aja? Nggak. All-in-One ini juga punya fitur yang sering dilupakan tapi justru penting: AI Meeting Tools. ASUS nyelipin fitur seperti :

    • AI notulen
    • AI subtitle (buat meeting lintas bahasa)
    • AI noise cancellation

    Dan bahkan fitur watermark buat jaga data rahasia saat presentasi online. Semua itu dibungkus dalam satu paket webcam Full HD 1080p yang punya privacy shutter juga.

    Beralih ke layar, varian yang direview punya ukuran 23.8 inci dengan kualitas warna 100% sRGB dan 72% NTSC, plus sudah tersertifikasi low blue light dari TUV Rheinland. Jadi nggak cuma nyaman di mata, tapi juga aman dipakai lama. Cocok buat accounting, CS, administrasi kantor, hingga sektor pendidikan dan kesehatan.

    Untuk urusan konektivitas, ASUS ExpertCenter P400 ini jujur lebih lengkap dari banyak All-in-One lain. Ada USB-C 3.2 Gen 1, HDMI, LAN port, USB-A, jack mic, bahkan dua speaker internal 5 watt. Jadi, meskipun gak punya speaker eksternal pun masih bisa jalan.

    Yang nggak kalah penting, keamanan data dan firmware-nya dikunci ketat. Dengan BIOS level protection, TPM 2.0 diskret. Jadi, gimana dengan urusan upgrade? Tenang aja. RAM dan SSD-nya bisa di-upgrade, dan cara bukanya cukup simpel. Ada dua slot RAM dan dua slot SSD yang siap bantu kamu sesuaikan kebutuhan kerja ke depannya. Bisa banget dipakai 5–10 tahun ke depan tanpa takut ketinggalan zaman.

    Kalau bicara soal multimedia, emang PC ini bukan buat editing berat apalagi gaming AAA. Tapi buat game ringan semacam Zenless Zone Zero atau Withering Waves, masih bisa jalan dengan nyaman. Lebih cocok memang buat pekerjaan kantor, administrasi, dan meeting online.

    Kenapa Pilih All-in-One ASUS P400 Buat Kantor atau UMKM?

    Ada lima alasan utama kenapa PC ini bisa jadi solusi tepat:

    • Desain Hemat Ruang – Satu unit ringkas tanpa banyak kabel.
    • Daya Listrik Efisien – Cuma 65 watt saat full load.
    • Fitur AI Conference – Meeting jadi lebih pintar dan rapi.
    • Upgrade Mudah – Bisa tambah RAM dan SSD tanpa ribet.
    • Keamanan TPM 2.0 diskret.

    Dan sebagai bonus, tampilannya juga bikin meja kerja kelihatan rapi dan profesional. Estetik, minimalis, dan nggak bising. Bisa banget ditempatkan di lingkungan yang harus hening seperti rumah sakit atau ruang baca.

    ASUS ExpertCenter P400 ini bukan cuma hemat listrik dan hemat tempat, tapi juga hemat masalah. Kerja jadi lebih efisien, nyaman, dan produktif tanpa harus ribet dengan kabel, noise, atau risiko keamanan data. Jadi, buat yang cari all-in-one PC murah tapi gahar buat kerja, ini bukan cuma pilihan — ini jawaban.

  • Review GeForce RTX 50 Series 2025: Worth It Buat Gaming, AI, dan Kreator?

    Review GeForce RTX 50 Series 2025: Worth It Buat Gaming, AI, dan Kreator?

    Di tengah dunia yang makin sibuk dengan konten visual dan kecerdasan buatan, GeForce RTX 50 series hadir bukan cuma buat para gamer. GPU generasi terbaru ini, seperti RTX 5070 Ti dari Galaxy, udah dipakai buat hal-hal di luar kebiasaan—mulai dari editing video 4K, render Blender, modeling 3D, hingga generasi video AI dan pembuatan LLM lokal.

    Nggak Cuma Gaming, RTX 5070 Ti Juga Dipakai Buat AI & 3D Modeling

    Tensor core-nya kepake banget buat software seperti LM Studio atau Convi UI, yang jalan full lokal. Belum lagi fitur kaya Nvidia Broadcast yang bisa bersihin suara vacuum cleaner pas meeting daring. Bayangin GPU zaman dulu disuruh ngelakuin semua itu—udah pasti ngos-ngosan.

    DLSS 4.0 + Multiframe Gen = Game Berat Serasa Enteng

    Jangan kaget kalau banyak game sekarang butuh bantuan teknologi AI biar tetap playable. Dengan hadirnya DLSS 4.0 dan Multiframe Generation, performa GPU makin terasa loncat jauh. DLSS yang dulu berbasis interpolasi sekarang diganti model transformer, bikin scaling resolusi dari rendah ke tinggi lebih mulus dan realistis.

    Multiframe generation nyiptain empat frame dari satu gambar. Bayangin nge-game di 1440p atau 4K, tapi tetap bisa tembus 100+ fps. Tanpa teknologi ini, game sekelas Doom: The Dark Ages dan Indiana Jones: The Great Circle bisa jadi cuma slideshow.

    Performa Realistis di Dunia Nyata: Dari CS2 Sampai Cyberpunk

    Main Counter Strike 2 dengan reflex aktif? Delay berkurang drastis. Latency jadi jauh lebih rendah, cocok buat yang demen game kompetitif. Bahkan buat game The Alters pun sekarang mulai susah playable tanpa frame generation. Dan ini bukan hal buruk, justru bukti kalau game AAA makin menuntut, dan RTX 50 series adalah cara logis buat ngimbangin.

    Spek RTX 5070 Ti: VRAM Gede, Bandwidth Ganas, Tapi TGP Naik

    Kalau dilihat dari angka, RTX 5070 Ti dibekali VRAM 16GB GDDR7, bandwidth 896 GB/s, dan core CUDA sebanyak 8960. AI core-nya 280, ray tracing core 70, dan total performa komputasinya 1484 TOPS. TGP-nya naik ke 300 watt. Jadi ya siap-siap juga dengan PSU yang mumpuni.

    Edit Video 4K? Render Blender? RTX 50 Series Gak Ngeluh

    Kalau kerjaan sehari-hari berkutat di dunia kreatif, GPU ini jadi alat perang yang relevan. Editing di Premiere Pro lancar jaya, render di After Effect dan Blender juga ngebut. Codec AV1 juga udah didukung, meski sayangnya Adobe belum 100% support. Tapi di software lain yang support AV1, hasil video bisa lebih jernih dengan bit rate lebih hemat. Efek ray tracing makin realistis.

    Jangan Lupakan Dunia AI: RTX Sekarang Sudah Masuk Workflow Harian

    Buat yang main di sektor LLM, image-to-text, atau generatif video, GeForce RTX 50 series itu bukan lagi tambahan—tapi keharusan. Tensor core di GPU ini bisa memproses token LLM di atas 100 token per detik di model 3B+. Kalau pakai laptop atau GPU lama? Jangan harap bisa jalan lancar. Dan semuanya ini bisa dikerjakan secara lokal—tanpa cloud, tanpa langganan bulanan.

    Kalau pertanyaannya, “Apakah RTX 50 Series worth it di 2025?”, jawabannya tergantung kebutuhan. Buat yang main game di resolusi tinggi, kerja di dunia kreatif, atau mulai terjun ke AI lokal—jawabannya: Yes, worth it banget. Tapi buat yang main game ecek-ecek di 1080p dan belum butuh fitur DLSS atau AI generation, RTX 40 series mungkin masih cukup.

    GPU sekarang bukan cuma soal menang FPS di game AAA. Tapi juga ngerjain tugas berat singkat, mengurangi delay meeting online, konten sosial media, mengembangkan AI dari rumah. Dan RTX 50 series ngebuka semua pintu itu—asal kita siap eksplorasi.

    Kalau nyari GPU buat upgrade, jangan lihat fps doang. Lihat juga bagaimana GPU bisa jadi tulang punggung di workflow harian, dari gaming sampai produktivitas.

error: Content is protected !!