Motor listrik belakangan jadi bahan obrolan hangat di kalangan pecinta otomotif. Nama Maka Cavalry sering muncul dengan slogan yang cukup berani: motor paling enak. Tapi benarkah rasa berkendara yang ditawarkan sebanding dengan klaim itu? Jawabannya ternyata tidak sesederhana hitam dan putih.
Performa dan Riding Mode: Antara Responsif dan Hemat Daya
Uniknya, Cavalry hadir dengan dua mode berkendara. High Torque (HT) terasa sangat responsif, cocok buat yang suka akselerasi enteng dan top speed kencang. Saat dites, kecepatannya bisa tembus 108 km/jam, lebih tinggi dari klaim resmi 105 km/jam.
Tapi beda cerita saat masuk mode High Regen (HR). Motor terasa jauh lebih lemot, meski range jadi lebih panjang. Regenerasi dayanya terlalu besar, sampai-sampai seperti engine brake motor manual yang langsung masuk gigi satu. Buat sebagian orang, efek ini bikin agak “ngayun” dan kurang nyaman dipakai harian.
Jarak Tempuh: Realistis atau Sekadar Angka?
Soal daya jelajah motor listrik Maka Cavalry, ada perbedaan signifikan tergantung gaya berkendara. Mode HT agresif bisa tembus sekitar 91 km, sementara HR lebih irit dengan capaian 121 km. Klaim pabrikan hingga 160 km memang mungkin, tapi hanya kalau kecepatan rata-rata dijaga di 25 km/jam—praktis seperti naik sepeda.
Pengalaman Berkendara: Nyaman Tapi Tidak Sempurna
Bicara posisi duduk dan suspensi Maka Cavalry, sensasinya mirip Honda PCX atau ADV. Tinggi jok 770 mm masih ramah buat pengendara dengan postur 170-an cm. Suspensi belakang cukup nyaman bahkan saat berboncengan, sedangkan suspensi depan terasa terlalu empuk hingga rawan “bottoming” kalau ketemu lubang besar.
Handlingnya sendiri menyenangkan, nurut saat diajak rebah, dan jarang gasruk walau miring ekstrem. Sayangnya, dengan bobot 132 kg dan wheelbase panjang, motor ini tidak selincah matic kecil ketika harus selap-selip di kemacetan.
Fitur dan Kelengkapan: Basic Tapi Fungsional
Dari sisi fitur motor listrik 35 juta-an ini, jangan berharap banyak. Tidak ada keyless, ABS, atau konektivitas modern. Speedometer digital tampil informatif, meski resolusinya standar saja. Ada DRL keren yang berubah jadi sein, bagasi 20 liter cukup luas, dan bahkan tersedia tombol mundur—fitur jarang di motor listrik lain.
Satu detail menarik, ada pipa di stang khusus buat dudukan HP. Fitur simpel, tapi terasa berguna khususnya untuk pengguna ojek online yang sering butuh navigasi.
Kualitas dan Desain: Ada yang Mengesankan, Ada yang Perlu Dibenahi
Komponen logam seperti pelek, suspensi, dan lengan ayun tampil rapi dengan finishing oke. Namun kualitas plastik bodi masih belum konsisten, ada celah-celah yang terlihat longgar. Dari segi desain, bagian depannya mirip Ducati Panigale, terlihat sangar, tapi bagian belakang terasa terlalu melengkung.
Layak Jadi Motor Listrik Harian?
Dengan harga Rp35,85 juta on the road Jakarta, Maka Cavalry menawarkan kombinasi performa bertenaga, range memadai, dan kenyamanan berkendara yang sulit disaingi kompetitor di kelas harga yang sama. Kekurangannya ada pada fitur yang masih basic dan detail finishing plastik yang butuh peningkatan.
Kalau mencari motor listrik harian dengan jarak tempuh cukup jauh, performa mantap, dan harga lebih ramah dibanding merek besar seperti Honda atau Yamaha, Maka Cavalry bisa jadi pilihan yang menarik.