Category: Komputer

  • Merek Keyboard Wireless Murah asal China? Cobain Windyoung, AVATTO, dan DODODOC

    Merek Keyboard Wireless Murah asal China? Cobain Windyoung, AVATTO, dan DODODOC

    Beberapa waktu lalu iseng jalan-jalan ke pusat elektronik, niatnya sih cuma cuci mata. Tapi ketemu tiga keyboard wireless combo! Masing-masing punya karakter sendiri, mulai dari yang tipis kayak biskuit sampai yang bisa dilipet-lipet kayak dompet. Harganya? Mulai dari 70 ribuan aja! Yuk kita bahas satu-satu, siapa tahu cocok buat kamu yang lagi cari keyboard simpel tapi fungsional.

    Desain: Plastik Merakyat, Tapi Ada yang Menarik

    Ketiga keyboard ini bisa dibilang “barang rakyat” banget. Semuanya dibalut plastik tipis, nggak ada lampu-lampuan alias backlit, dan rasanya sih kalau jatuh ke lantai kayaknya nyesek—buat keyboardnya dan hati kita. Walau bentuknya beda-beda, semuanya udah punya touchpad yang nyatu sama keyboardnya.

    Yang pertama ada si super tipis. Ini kayaknya dirancang buat kamu yang pengen keyboard ringan dan gampang diselipin di tas, cocok dipasangin sama tablet. Lalu ada si bongsor, keyboard paling gede di antara ketiganya, layout-nya paling lengkap, dan ada slot buat naro HP atau tablet juga. Tapi karena bobotnya ringan dan desainnya agak timpang, dikit-dikit oleng. Nah, favorit gue pribadi sih si lipet. Keyboard seharga 300 ribuan ini bisa dilipet jadi seukuran dompet. Serius, bisa masuk kantong celana cargo! Cocok banget buat kamu yang sering kerja mobile dan balas email di HP.

    Koneksi: Dari Bluetooth Sampai Colok Langsung

    Ketiganya udah support Android, Windows, dan iOS, bahkan si lipet juga bisa dipakai di Mac OS. Tapi perbedaan besarnya ada di fitur switch antar perangkat.

    Si tipis cuma bisa nyambung ke satu device. Jadi kalau mau pindah device, harus pair ulang—ribet sih, tapi ya sesuai harga. Si bongsor punya kelebihan: bisa connect ke dua device via Bluetooth, dan satu lagi lewat receiver USB 2.4GHz. Praktis banget kalau kamu pakai PC atau laptop. Nah, si lipet bisa ganti antara tiga device lewat Bluetooth, tapi nggak secepat keyboard premium kayak Logitech. Tetap, nunggu 2-3 detik masih mending daripada pairing ulang tiap kali.

    Layout dan Kenyamanan Mengetik

    Kita masuk ke bagian penting—nyaman nggak dipakainya? Si tipis dan si bongsor pakai layout 70%, artinya nggak ada tombol kanan seperti page up/down yang dedicated. Semua fungsi itu ditumpuk di tombol arah. Si lipet lebih ekstrem lagi dengan layout 65%—baris angka dan F1–F12 jadi satu. Alhasil ukurannya jadi kecil banget, tapi buat yang udah biasa pakai keyboard mini, ini nggak masalah.

    Kalau bicara soal feel ngetiknya, si bongsor juara. Tombolnya empuk dan jaraknya pas, nyaman buat ngetik lama. Si lipet agak cetek key travel-nya, tapi masih oke lah. Sedangkan si tipis, jujur aja, capek juga kalau dipakai lama-lama. Tapi ya balik lagi, dia ringkas dan ringan.

    Touchpad: Ukuran Nggak Menjamin Kualitas

    Si tipis punya touchpad kecil dengan permukaan kasar dan klik yang berisik. Si bongsor punya area touchpad yang luas, tapi… nggak bisa diklik. Lah? Iya, buat pengguna Windows, ini bisa jadi deal breaker karena tombol kiri klik itu penting banget. Si lipet lagi-lagi jadi pemenang di sini. Touchpad-nya mirip ukuran si bongsor tapi bisa diklik dengan mudah dan nggak terlalu berisik. Semuanya support multi-touch, tapi di Windows masih dihitung mouse, jadi kamu harus atur ulang scroll direction manual di settingan.

    Soal Baterai, Siapa yang Lebih Tahan?

    Si tipis dan si lipet udah pake USB-C buat ngecas—modern lah. Tapi si bongsor masih setia sama dua baterai AA. Artinya daya tahan tergantung baterai yang kamu pakai, dan rada ribet juga kalau harus ganti di tengah-tengah kerjaan. Posisi tombol on-off juga lebih enak di si tipis dan si lipet yang ada di atas atau samping, dibanding si bongsor yang naruh di bawah.

    Jadi, Mana yang Paling Worth It?

    Kalau kamu butuh keyboard simpel buat ngetik di HP, tablet, atau smart TV, ketiganya sebenernya cukup oke. Tapi yang paling fleksibel dan nyaman ya si lipet. Meski harganya paling mahal, desainnya praktis, bisa ganti device cepat, dan touchpad-nya usable banget. Tapi kalau touchpad si bongsor bisa diklik, dia bisa jadi pilihan mantap buat tablet Windows. Si tipis? Ya cocok buat kamu yang cuma butuh keyboard kecil dan murah buat ngetik-ngetik ringan tanpa bawa beban berat. Beli di tokped, klik dimari.

  • Logitech G915X: Keyboard Gaming Mekanikal Tipis Rasa Premium, Worth It Nggak?

    Logitech G915X: Keyboard Gaming Mekanikal Tipis Rasa Premium, Worth It Nggak?

    Buat yang demen keyboard mekanikal low profile, apalagi yang wireless, Logitech ngeluarin satu lagi produk yang cukup menarik perhatian: Logitech G915X. Ini adalah versi lebih mewah dari G515 yang sebelumnya udah cukup populer. Tapi dengan harga beda satu juta lebih mahal, apa bener G915X ini layak dilirik?

    Unboxing-nya Biasa Aja

    Isi kotaknya standar. Ada kabel USB-C ke USB-A buat ngecas, dongle LightSpeed buat koneksi 2.4 GHz, dan itu aja. Gak ada tambahan yang bikin unboxing-nya terasa spesial, padahal harganya udah di angka 3 jutaan.

    Desain Tampil Lebih Premium

    Kalau bicara soal desain, G915X ini tampil kokoh dengan bodi full aluminium brush. Layout-nya 75%, jadi ringkas tapi tetap punya tombol-tombol penting. Yang menarik, ada juga versi full-size 100% tapi hanya tersedia dalam versi kabel.

    Tombol media disediakan secara terpisah, lengkap dengan roda volume yang bisa diputar – ini bikin pengalaman multimedia jadi lebih nyaman. Koneksinya fleksibel, bisa via Bluetooth atau 2.4 GHz LightSpeed, dan ada tombol Game Mode buat nonaktifin tombol-tombol tertentu saat main game.

    Build Quality Beda Kelas

    Dibanding G515 yang bodinya plastik, G915X jelas lebih unggul. Bodi metalnya bikin keyboard ini terasa solid. Angle mengetik bisa disesuaikan antara 4 sampai 8 derajat. Ada juga tempat penyimpanan dongle di bagian belakang. Sayangnya, logo LightSpeed yang cukup besar agak ganggu tampilan, walaupun itu juga berfungsi sebagai antena.

    Switch Tactile Saja, Sayang Pilihannya Terbatas

    Sayangnya, Logitech Indonesia cuma nyediain satu jenis switch: Tactile. Buat yang biasa pakai linear, mungkin butuh waktu adaptasi karena tactile punya rasa tekan yang lebih berat dan ‘berasa’. Tapi dari sisi build, switch-nya stabil, nggak goyang-goyang saat dipencet. Stabilizer-nya pun rapi di tombol-tombol besar seperti spasi dan enter.

    Keycap dan Backlight-nya Mantap

    Keycap-nya pakai bahan double shot PBT yang punya tekstur, jadi nggak gampang licin. Saat main game, grip di jari tetap terjaga. Backlight LED-nya juga terang, font-nya jelas, dan lampunya keluar dari bagian atas switch – kelihatan keren, terutama di ruangan redup.

    Sayangnya, switch-nya nggak hot-swappable, jadi nggak bisa diganti-ganti sendiri.

    Pengalaman Gaming dan Multimedia Oke Punya

    Kalau buat gaming, keyboard ini bisa diandalkan. Baik buat yang kompetitif seperti CS2 atau yang santai kayak simulasi pesawat. Tombol-tombol media yang terpisah bikin pergantian lagu atau ngatur volume jadi gampang, apalagi dengan roda volume ala knob.

    Koneksi wireless-nya pun punya latensi rendah, jadi nggak ngganggu saat main game.

    Dukungan Software Jadi Nilai Plus

    G915X bisa dikustomisasi penuh lewat Logitech G Hub. Mulai dari pengaturan lighting, makro, sampai pengaturan khusus per aplikasi. Contohnya, warna LED bisa berubah saat buka game tertentu, atau shortcut bisa disesuaikan untuk aplikasi produktivitas.

    Software ini jadi salah satu keunggulan Logitech yang jarang dimiliki merek lain di pasar.

    Tanpa Fitur Gimmick, Jadi Kurang Greget?

    Sayangnya, di harga 3 jutaan, G915X belum punya fitur yang lagi tren seperti Hall Effect switch. Padahal, di harga segini merek lain seperti NuPhy atau Wooting udah mulai nyisipin fitur-fitur itu, walaupun belum wireless.

    Baterainya 500mAh, diklaim bisa tahan sampai 1000 jam kalau RGB-nya dimatikan. Tapi saat dibongkar, gak ada busa peredam suara di bagian dalam. Nggak krusial sih, tapi kalau dibandingin dengan keyboard yang punya sound dampening, bisa jadi poin minus kecil.

    Layak Beli, Tapi Tergantung Kebutuhan

    Kalau nyari keyboard yang:

    • Low profile
    • Wireless
    • Build-nya premium
    • Punya software lengkap
    • Tombol media terpisah

    Maka G915X ini pilihan yang solid.

    Tapi kalau fokusnya buat ngetik atau cari switch linear yang lebih ringan, banyak alternatif lain yang lebih cocok di harga yang sama atau bahkan lebih murah.

    Jadi, apakah harga tambahan satu juta dari G515 ke G915X worth it? Jawabannya tergantung. Kalau butuh media control terpisah dan bodi full metal, bisa jadi ya. Tapi kalau nggak terlalu peduli soal bahan atau tombol multimedia, G515 pun masih sangat mumpuni.

    Klik disini beli di tokped

  • Tecware Spectre 75 & 96 Keyboard Mechanical LCD Dibawah 1 Jutaan

    Tecware Spectre 75 & 96 Keyboard Mechanical LCD Dibawah 1 Jutaan

    Siapa sangka, di tengah harga keyboard mechanical yang makin naik, masih ada pilihan menarik di bawah sejuta. Salah satunya datang dari Tecware dengan lini “Spectre”-nya. Penasaran kayak gimana rasanya pakai keyboard dengan LCD screen, knop, build oke, dan harga cuma Rp820 ribuan? Yuk bahas bareng!

    Isi Kotaknya Tecware Spectre Niat Banget

    Begitu kotak dibuka, langsung kelihatan kalau Tecware enggak main-main. Selain keyboard-nya sendiri, ada kabel Type-C to Type-A, keycap & switch puller, pelindung LCD, silencer buat spacebar, spare keycap, dan buku manual. Lengkap banget buat ukuran keyboard budget.

    Varian 75% dan 96%, Pilih Sesuai Kebutuhan

    Tecware ngirimin dua model: versi 75% dan full-size 96%. Keduanya punya desain cakep, finishing halus, dan sekilas kayak metal—padahal full plastik. Tapi plastiknya padat, bikin kesan kokoh. Yang unik, di pojok kanan atas ada knop yang solid banget dan layar 1.5 inch TFT LCD yang bisa tampilin jam, status CPU/GPU, animasi, sampai ngatur efek RGB.

    Navigasi Lewat Knop, Praktis Tapi Perlu Adaptasi

    Semua fitur bisa diakses lewat knop kanan. Cukup praktis, walau ada beberapa bagian yang terasa kurang instan, kayak atur volume yang harus lewat beberapa langkah dulu. Tapi buat keyboard harga segini, itu masih bisa dimaklumi.

    Layout dan Fitur yang Padat

    Tata letak tombol dibuat padat, tapi tetap fungsional. Ada media button, tombol navigasi seperti delete dan page up/down, walau sayangnya tombol home enggak selalu ada tergantung versi. Tombol panah dan tombol-tombol tambahan digabung rapi, bikin keyboard tetap ramping.

    Typing Feel-nya? Lebih dari Ekspektasi

    Pakai keycap PBT double shot, teksturnya terasa mewah. Meski masih one-tone, feel-nya tetap enak. Untuk switch, Tecware ngasih dua varian: Candy Red (linear) buat versi 75%, dan Cocoa Brown (tactile) buat 96%. Keduanya udah pre-lubed, jadi lebih halus saat ditekan.

    Dan yang penting, keyboard ini udah hot-swappable 5 pin universal, jadi bisa ganti switch dengan mudah. Plus, ada lapisan peredam di dalam keyboard, bikin suara ketikannya empuk dan enggak berisik. Dengerin suara ketikannya aja udah bikin nagih.

    Stabilizer dan Silencer, Tapi…

    Tombol-tombol penting seperti spacebar, backspace, dan shift kiri udah dapet stabilizer. Sayangnya, shift kanan (yang kecil) belum. Tapi ada bonus spacebar silencer yang lumayan bikin beda—lebih empuk dan senyap.

    Dipakai Main Game, Delay Aman-Aman Aja

    Walau Tecware enggak ngasih klaim polling rate tinggi, dipakai main CS2 atau game ritme kayak Muse Dash tetap terasa responsif. Pakai koneksi 2.4GHz, latensinya sekitar 60ms—cukup buat casual gaming.

    Layar LCD: Fungsional, Tapi Ada PR

    Layar LCD bukan cuma buat gaya-gayaan. Bisa tampilin animasi, status perangkat, sampai atur RGB. Tapi, kalau mau upload animasi atau lihat status CPU/GPU, harus colok kabel dan buka software-nya dulu. Sayangnya, buat atur volume juga harus masuk menu dulu, belum bisa langsung putar knop.

    Harga dan Kompetitor: Mana yang Lebih Worth?

    • Versi 75% (82 tombol): Rp820.000
    • Versi 96%: Rp870.000

    Dengan harga segitu, bisa langsung dipakai, fitur banyak, dan build yang solid. Dibanding kompetitor kayak Neuer Timeless 82 V2 (Rp1,3 juta) atau Adjust AK820 (yang polling rate-nya sampai 1000Hz), Spectre tetap jadi pilihan menarik buat yang pengen keyboard keren tanpa jebol kantong.

    Tecware Spectre 75 dan 96 ini bisa dibilang salah satu keyboard terbaik di kelas harga Rp800 ribuan. Build bagus, feel ketik nyaman, ada layar dan knop, plus hot-swap dan PBT keycap—semua udah dikasih.

    Buat yang lagi nyari keyboard baru, apalagi yang pengen setup makin estetik dan fungsional, Tecware Spectre layak dipertimbangkan. Apalagi buat varian 96%, pilihannya masih jarang di harga segini. Kalau mau nambah RGB vibes, bisa pasang PBT pudding keycap dari Tecware.

    beli di tokped klik disini

  • Spesifikasi Rakit PC Budget 9 Jutaan yang Bisa Gaming dan Render Edit Video Lancar

    Spesifikasi Rakit PC Budget 9 Jutaan yang Bisa Gaming dan Render Edit Video Lancar

    Membangun PC gaming dengan budget terbatas selalu jadi tantangan seru. Kali ini, kita coba tekan harga serendah mungkin tanpa mengorbankan performa terlalu banyak. Dengan menggunakan prosesor dan GPU yang masih relevan, apakah hasilnya tetap memuaskan? Mari kita bahas.

    Komponen yang Dipilih

    Prosesor: Intel Core i3-12100F

    Di tahun 2025, prosesor ini ternyata masih cukup layak digunakan, terutama dengan harga sekitar Rp800.000-an. Meski hanya memiliki 4 core dan 8 thread, performanya masih bisa diandalkan untuk gaming dan tugas-tugas ringan lainnya. Sejujurnya, banyak yang mengira kalau prosesor seperti i3-13100F atau i3-14100F bakal turun harga, tapi nyatanya justru seri lama ini yang masih bertahan di harga murah.

    Motherboard: ASRock H610M-HDV

    Motherboard ini sudah sering jadi pilihan untuk build budget karena harganya yang relatif murah. Meski fiturnya standar dan tidak ada konektor USB-C di bagian depan, setidaknya sudah mendukung PCIe Gen 4 untuk slot GPU dan memiliki slot NVMe SSD. Bahkan, kita pilih versi bulk tanpa dus untuk memangkas harga lebih jauh.

    RAM & SSD: Apacer Nox Series + Apacer P4 Series

    RAM yang digunakan adalah Apacer Nox Series dengan kecepatan 3200 MHz. Secara estetika, desainnya lumayan oke, tapi tidak ada yang terlalu spesial. Sementara itu, SSD-nya dari seri Apacer P4 yang menggunakan PCIe Gen 3×4. Keputusan untuk memilih PCIe Gen 3 alih-alih Gen 4 bertujuan untuk menekan biaya dan memastikan kompatibilitas dengan sistem ini.

    CPU Cooler: Budget Rp150 Ribuan

    Karena prosesor dibeli dalam kondisi tanpa box, kita perlu cari cooler tambahan. Pilihan akhirnya jatuh pada cooler budget seharga Rp150.000. Secara desain, memang terlihat biasa saja, dan thermal paste-nya hanya dikemas dalam sachet, tapi setidaknya cukup efektif untuk menjaga suhu tetap stabil.

    Casing: Acer U320W

    Casing ini cukup populer di kalangan builder yang ingin tampilan minimalis dan elegan. Bentuknya kecil, berwarna putih, dan tidak menggunakan tempered glass, sehingga cocok bagi yang ingin menyembunyikan kabel atau komponen yang kurang estetik. Namun, merakit di casing ini cukup menantang, terutama karena PSU ditempatkan di depan dan perlu pengaturan kabel yang lebih rapi.

    Power Supply: FSP 550W

    Dengan kapasitas 550W, PSU ini sudah cukup untuk mendukung sistem yang tidak terlalu haus daya. Harganya sekitar Rp525.000, dan untuk kelas budget, ini termasuk pilihan yang cukup solid.

    GPU: PNY RTX 4060 8GB

    Ini adalah komponen yang jadi bintang utama dalam build kali ini. Harga awalnya sekitar Rp4,5 juta, tapi sayangnya sekarang sudah naik menjadi Rp5,4 juta. Brand seperti PNY dan Zotac memang sering menawarkan harga lebih murah dibanding merek lain, jadi kalau ada diskon lagi, ini bisa jadi pilihan menarik.

    Proses Merakit

    Merakit PC ini cukup menantang karena casing yang kompak. Beberapa kendala yang ditemui:

    • Penempatan PSU di depan membuat kabel management jadi lebih sulit.
    • Bracket PSU memiliki dua versi tergantung jenis PSU yang digunakan, jadi perlu diperhatikan saat memasang.
    • Akses ke bagian belakang motherboard cukup terbatas, sehingga lebih baik tidak dibongkar jika tidak benar-benar perlu.

    Akhirnya, setelah sedikit usaha dan menggunakan kabel ties untuk merapikan kabel, PC ini berhasil dirakit dengan tampilan yang cukup bersih. Saat casing ditutup, semua bagian dalam yang kurang rapi tidak terlihat, jadi secara estetika tetap terlihat minimalis dan elegan.

    CPU Performance

    Sebagai prosesor kelas entry-level dari generasi ke-12, performanya standar. Jika dibandingkan dengan Ryzen 5 5600, Core i3-12100F masih kalah, tapi untuk harga Rp800.000-an, ini sudah pilihan terbaik di kelasnya.

    Benchmark GPU & Gaming

    Berikut adalah beberapa hasil pengujian di berbagai game:

    • CS2 & Dota 2 → Bisa mencapai lebih dari 100 FPS, bahkan di resolusi 2K.
    • Delta Force & Helldivers 2 → FPS masih di atas 100, baik di resolusi Full HD maupun 2K.
    • Cyberpunk 2077 → Bisa berjalan di 70+ FPS, dengan minimum tetap di atas 60 FPS.
    • Hogwarts Legacy & Black Myth: Wukong → Harus diturunkan ke resolusi Full HD untuk mendapatkan 60 FPS yang stabil.
    • Monster Hunter Wilds → Bisa mencapai 80 FPS, tapi hanya di Full HD.

    Secara umum, meskipun ini disebut sebagai PC “2K gaming”, beberapa game berat tetap lebih optimal dimainkan di Full HD agar bisa mendapatkan FPS tinggi.

    Rendering & AI Performance

    • Adobe Premiere Pro → Bisa memproses footage 4K tanpa lag, dengan waktu rendering sekitar 8 menit untuk video 10 menit.
    • Blender → Masih cukup oke, terutama dalam proyek dengan ray tracing.
    • LM Studio (AI Benchmarking) → Bisa mencapai 41 token per detik dengan Meta 3.1B, yang berarti sudah cukup untuk eksperimen AI ringan.

    Suhu & Konsumsi Daya

    Salah satu hal menarik dari build ini adalah suhunya yang tetap adem meski tanpa fan chassis tambahan:

    • CPU mentok di 57°C saat full load dan stabil di 50°C saat gaming.
    • GPU stabil di 60°C saat gaming.
    • Total konsumsi daya:
    • Idle: 60W
    • Gaming: 118W

    Ini membuktikan bahwa kombinasi Core i3-12100F dan RTX 4060 masih cukup efisien dalam hal suhu dan daya.

    Worth It atau Tidak?

    Kelebihan:

    • Harga terjangkau untuk performa yang ditawarkan.
    • Ukuran kompak, cocok untuk setup minimalis.
    • Suhu adem meskipun tanpa tambahan fan chassis.
    • Masih bisa digunakan untuk gaming 2K dengan beberapa kompromi.
    • Performa editing dan AI cukup oke untuk kelasnya.

    Kekurangan:

    • Build quality casing menyulitkan perakitan.
    • Tidak ada airflow di dalam casing, disarankan menambah fan.
    • Harga beberapa komponen naik setelah perakitan, membuat total biaya lebih tinggi dari ekspektasi awal.

    Saat pertama kali dirakit, PC ini hanya menghabiskan Rp8,3 juta, tapi setelah harga beberapa komponen naik, totalnya bisa mencapai Rp9,5 juta. Jadi, jika berencana membangun PC seperti ini, lebih baik menunggu harga turun lagi agar lebih hemat.

    Bagi yang tidak ingin repot merakit sendiri, tersedia opsi jasa perakitan dengan spesifikasi serupa di toko online.

    Beli processor di Tokopedia klik disini

  • Advan Force One Max: PC All-in-One Buat Gaming dan Kerja

    Advan Force One Max: PC All-in-One Buat Gaming dan Kerja

    Tahun 2025, tren merakit PC mulai tergeser dengan hadirnya PC all-in-one yang lebih praktis dan nggak ribet. Salah satu yang menarik perhatian adalah Advan Force One Max, sebuah all-in-one PC gaming dengan layar 27 inci, refresh rate 100 Hz, dan desain elegan.

    PC ini bukan cuma buat kerja, tapi juga bisa diandalkan untuk gaming ringan. Buat yang penasaran sama performanya, yuk bahas lebih dalam!

    Desain dan Layar Advan Force One Max: Simpel, Gede, dan Elegan

    Advan Force One Max hadir dengan layar 27 inci Full HD (1920×1080 piksel) dan aspek rasio 16:9. Warna yang dihasilkan juga tajam dengan 99% sRGB, cocok buat yang butuh tampilan warna akurat, misalnya untuk desain atau editing.

    Bezelnya cukup tipis, bikin tampilan makin modern. Dari segi desain, PC ini dominan warna hitam, terkesan elegan meskipun nggak semewah beberapa seri sebelumnya yang punya sentuhan metalik.

    Stand-nya kokoh, bisa diatur tilt atas-bawah, naik-turun, bahkan diputar 180 derajat, bikin penggunaannya lebih fleksibel. Buat yang suka setup minimalis, kabar baiknya PC ini sudah dilengkapi dengan keyboard dan mouse wireless, jadi nggak perlu repot urusan kabel.

    Port Konektivitas Advan Force One Max: Lengkap dan Siap Pakai

    Bagian bawah PC ini punya banyak port, termasuk:

    • Mic-in & Line-out
    • 2x USB-A 3.2 Gen 2
    • 2x USB-A 2.0
    • LAN port
    • DP & HDMI
    • DC-in

    Di bagian depan juga ada tambahan USB-A 2.0, USB-C 2.0, slot SD card, dan headphone jack. Sayangnya, port USB 3.0 hanya ada di belakang, jadi kalau butuh transfer data cepat, harus sedikit ribet mencolokkan kabelnya.

    Webcam Advan Force One Max Pop-Up 5MP: Praktis dan Jernih

    Buat yang sering meeting online atau video call, Advan Force One Max punya webcam pop-up 5MP. Jadi, kamera ini hanya keluar saat dipakai, lebih aman buat yang peduli privasi.

    Hasil gambarnya cukup bagus, bahkan lebih baik dibandingkan kebanyakan webcam bawaan laptop. Resolusi maksimalnya 1440p, cukup tajam buat keperluan profesional. Sayangnya, kualitas mic bawaannya kurang maksimal, jadi kalau sering meeting, mungkin butuh tambahan mic eksternal.

    Performa Advan Force One Max: Kencang Buat Kerja & Gaming Ringan

    PC ini menggunakan Intel Core i5-1240P, prosesor 12 core, 16 thread, dengan kecepatan up to 4,4 GHz. Performanya cukup ngebut buat berbagai kebutuhan, dari multitasking, editing, sampai gaming ringan.

    Dukungan lainnya:

    • RAM 16GB DDR4 3200 MHz (bisa di-upgrade)
    • SSD M.2 PCIe 512GB (bisa di-upgrade)
    • Intel Iris Xe Graphics

    Kecepatan SSD bawaannya juga kencang, 3500 MB/s (read) & 2600 MB/s (write), bikin loading aplikasi dan booting sistem lebih cepat.

    Dalam uji Cinebench R23, PC ini mencetak skor 6800-an poin, dan di 3DMark Fire Strike mencapai 3800-an poin.

    Uji Coba: Editing & Gaming

    Editing Video
    Buat editing video, layar yang luas bikin pengalaman lebih nyaman dibandingkan laptop. Resolusi 4K di Adobe Premiere bisa dirender dalam waktu sekitar 30 menit untuk durasi 10 menit, masih cukup bisa diandalkan buat editor pemula atau content creator.

    Gaming
    Meskipun bukan PC gaming high-end, performanya masih oke buat beberapa game populer:

    • Valorant (1080p, low settings) → 75 FPS rata-rata
    • Genshin Impact (1080p, medium settings) → 60 FPS stabil
    • GTA V (1080p, low settings) → 45 FPS rata-rata

    PC ini juga sudah dilengkapi built-in speaker, jadi nggak perlu tambahan speaker eksternal kalau cuma buat keperluan biasa.

    Advan Force One Max Worth It atau Tidak?

    Advan Force One Max bisa jadi pilihan buat yang mencari PC praktis, siap pakai, dan nggak ribet. Dengan harga sekitar 8 jutaan, spek yang ditawarkan udah cukup oke buat kerja, editing ringan, dan gaming kasual.

    Kelebihan:

    • Layar besar 27 inci dengan refresh rate 100 Hz
    • Desain fleksibel, bisa di-tilt dan diputar 180 derajat
    • Sudah termasuk mouse & keyboard wireless
    • Webcam pop-up 5MP, lebih aman & praktis
    • Performa mumpuni untuk kerja & gaming ringan

    Kekurangan:

    • Port USB 3.0 ada di belakang, kurang praktis
    • Speaker bawaan kurang maksimal
    • Mic bawaan webcam agak sember

    Dengan makin banyaknya pilihan perangkat seperti laptop, tablet, dan mini PC, tren PC rakitan budget mulai tergeser. Produk seperti Advan Force One Max bisa jadi solusi buat yang butuh PC all-in-one tanpa ribet, cukup colok listrik dan langsung siap pakai!

  • Handheld Gaming PC MSI Claw Bertenaga Intel Dengan Layar 7 Inci

    Handheld Gaming PC MSI Claw Bertenaga Intel Dengan Layar 7 Inci

    Buat para gamer yang suka main di mana aja, MSI Claw hadir sebagai handheld gaming PC resmi pertama dengan prosesor Intel Core Ultra. Perangkat ini resmi rilis pada Maret tahun ini dan sekarang harganya makin terjangkau! Awalnya dijual sekitar Rp14 jutaan, tapi sekarang bisa didapatkan di kisaran Rp8 jutaan, bahkan ada promo cashback hingga Rp500 ribu buat pembelian online maupun offline.

    Unboxing dan Desain MSI Claw yang Keren

    Begitu buka boksnya, kita langsung dapetin unit MSI Claw, buku panduan, kartu garansi, adapter, dan kabel charger. Desainnya sendiri punya nuansa gaming banget dengan warna hitam yang garang plus aksen RGB di tombol dan joystick. Awalnya mungkin keliatan agak kaku, tapi setelah dicoba, ternyata ergonominya nyaman di tangan. MSI bahkan merancang desainnya berdasarkan ribuan data sampel dari berbagai gamer di seluruh dunia. Dengan berat 675 gram, handheld ini masih tergolong ringan dan enak buat gaming dalam waktu lama.

    Layar MSI Claw Tajam dengan Refresh Rate Tinggi

    MSI Claw dibekali layar 7 inci IPS dengan resolusi Full HD dan refresh rate 120Hz, bikin tampilan game lebih smooth. Layarnya juga sudah mendukung 100% sRGB dan touchscreen, jadi navigasi makin mudah. Bisa pakai touchscreen langsung atau tetap pakai joystick dan tombol-tombol yang tersedia.

    Di sisi kanan layar ada tombol menu/start, quick setting, lubang mic, serta tombol ABXY dengan RGB lighting. Sementara di sisi kiri, ada tombol view/select, MSI Center M, d-pad, dan joystick kiri yang juga punya efek RGB. Yang bikin makin keren, joysticknya sudah menggunakan Hall Effect, teknologi anti drifting yang bikin lebih awet.

    Audio MSI Claw Nendang dan Fitur Gaming Lengkap

    Dari segi suara, MSI Claw punya dual speaker yang menghadap ke depan, bikin pengalaman gaming, nonton, atau dengerin musik lebih maksimal. Untuk tombol-tombol tambahan di bagian atas, ada trigger LB, LT, RB, RT (yang juga pakai Hall Effect), tombol volume, jack audio 3.5mm, Thunderbolt 4, slot microSD, dan tombol power yang merangkap sensor fingerprint.

    Sementara di bagian belakang, ada dua tombol makro yang bisa dikustomisasi, plus logo MSI Dragon yang bikin tampilannya makin gahar.

    Software MSI Center M yang Serba Bisa

    Dengan tombol MSI Center M, kita bisa langsung masuk ke library game yang sudah terinstall. Ada juga shortcut buat platform gaming kayak Steam, Xbox, EA, hingga emulator game mobile lewat MSI App Player.

    Buat performa, tersedia berbagai mode seperti:

    • AI Engine untuk optimalisasi otomatis.
    • Extreme Performance Mode buat performa maksimal.
    • Balanced Mode untuk keseimbangan performa dan baterai.
    • Super Battery Mode kalau mau hemat daya.
    • Mode Manual kalau mau atur sendiri.

    Selain itu, kita juga bisa mengatur RGB lighting, preset audio lewat Nahimic, noise cancellation, hingga berbagai shortcut cepat buat WiFi, Bluetooth, dan lainnya.

    Performa Gaming MSI Claw: Bisa Main Game Berat?

    Tentu aja kita tes beberapa game berat buat lihat sejauh mana MSI Claw bisa ngasih pengalaman gaming yang maksimal.

    • Black Myth: Wukong – Mode Extreme Performance, resolusi HD, preset grafik Low, dapat 45+ FPS yang cukup stabil.
    • Tekken 8 – Resolusi HD, preset Medium, bisa dapat 60 FPS rata, lancar banget buat main fighting.
    • Cyberpunk 2077 – Resolusi HD, preset Low, performanya ada di kisaran 45-55 FPS, masih playable buat open-world yang berat.

    Handheld ini pakai Intel Core Ultra 7 155H, prosesor 16 core dan 22 thread dengan turbo boost hingga 4,8 GHz. GPU-nya pakai Intel Arc Graphics, dengan RAM 16GB LPDDR5 6400MHz (dual channel, non-upgradable) dan storage 512GB PCIe Gen 4 SSD (tipe 2230). Kecepatan SSD-nya juga cukup tinggi, sekitar 3000MB/s.

    Untuk pengujian benchmark:

    • Cinebench R23 – 13.670 poin (multicore).
    • 3DMark Fire Strike – 8.372 poin.

    Dari hasil ini, Intel Core Ultra 7 ternyata masih bisa bersaing buat gaming AAA dengan settingan yang disesuaikan.

    Sistem Pendingin dan Baterai MSI Claw

    Suhu permukaan handheld ini saat gaming cukup adem:

    • Layar depan hanya sekitar 40°C.
    • Bagian grip gamepad di bawah 30°C, tetap nyaman di tangan.
    • Bagian belakang maksimal 40°C, jadi nggak terlalu panas.

    Baterainya 53Wh, yang kalau dipakai main Black Myth: Wukong selama 1 jam, masih sisa 20%. Charging dari 0% ke 100% butuh sekitar 1 jam 40 menit.

    Kelebihan dan Kekurangan MSI Claw

    Kelebihan MSI Claw

    • Desain ergonomis dan nyaman digenggam.
    • Layar refresh rate tinggi Full HD.
    • Joystick pakai Hall Effect, lebih awet dan anti drifting.
    • Performa cukup mumpuni untuk game AAA.
    • Sistem pendingin bekerja dengan baik.

    Kekurangan MSI Claw

    • Storage 512GB terasa kurang buat game AAA. Upgrade bisa, tapi harus bongkar unit (bisa ngilangin garansi). Alternatifnya, pakai microSD atau SSD eksternal via Thunderbolt 4.
    • Hanya ada satu port Thunderbolt 4, jadi kalau mau colok monitor sekaligus ngecas, harus pakai USB hub tambahan.

    Dengan harga yang udah turun drastis dan promo menarik, MSI Claw jadi opsi handheld gaming PC yang patut dilirik. Meski storage bawaannya agak kecil, performa dan kenyamanannya bikin pengalaman gaming tetap maksimal. Buat yang cari handheld gaming Windows dengan desain ergonomis, layar smooth, dan performa kencang, MSI Claw bisa jadi pilihan yang pas!

  • Advan Force One PC: Solusi Praktis Buat Kerja & Gaming di Harga 6 Jutaan

    Advan Force One PC: Solusi Praktis Buat Kerja & Gaming di Harga 6 Jutaan

    Buat yang males ribet rakit PC, sekarang ada pilihan menarik: Advan Force One PC. Ini bukan sekadar komputer biasa, tapi All-in-One PC dengan spek kencang berkat Ryzen 5 6600H, layar 99% sRGB, plus bonus keyboard & mouse wireless. Udah paket lengkap, nggak perlu beli tambahan ini-itu lagi.

    Desain Advan Force One PC Minimalis, Ganteng & Simpel

    Dari tampilan, PC ini kelihatan modern dan elegan. Layarnya 24 inci Full HD dengan bezel tipis (kecuali bagian bawah yang ada logo Advan). Dari depan warnanya dominan hitam, sementara bagian belakang pakai warna metalik yang bikin kesan premium. Walaupun bodinya cukup ramping, stand-nya kokoh banget, sayangnya belum bisa diputar ke kanan atau kiri—cuma bisa tilt atas-bawah aja.

    Yang bikin makin praktis, dalam paketnya sudah ada mouse dan keyboard wireless, jadi meja kerja lebih rapi tanpa kabel berseliweran. Kalau mau upgrade, ada opsi tambah mechanical gaming keyboard (walaupun masih pakai kabel).

    Port Advan Force One PC Super Lengkap, Siap Colok Apa Aja

    Di bagian belakang bawah, tersedia USB-A 3.2, USB-C 3.2, LAN port, HDMI, dan DC-in, sementara di samping kiri ada USB-A 2.0, USB-C 2.0, dan slot SD card. Ada desain buat jack audio & CD drive, tapi sepertinya nggak diaktifkan buat menekan harga.

    Yang menarik, ada kamera pop-up 5 MP yang bisa nongol ke atas kalau mau dipakai. Resolusinya 1440p, jadi kualitas videonya lebih dari cukup buat meeting atau video call.

    Performa Advan Force One PC: Cocok Buat Editing & Gaming Santai

    Kita langsung tes buat kerja berat, termasuk editing video YouTube di Adobe Premiere Pro. Dengan prosesor AMD Ryzen 5 6600H (6-core, 12-thread, boost clock 4,5 GHz), rendering video 4K berdurasi 10 menit selesai dalam 23 menit. Nggak secepat PC high-end, tapi cukup buat editor pemula. Layarnya yang 99% sRGB juga bikin warna lebih akurat, enak buat ngedit.

    Soal spesifikasi lainnya:

    1. GPU: AMD Radeon 660M RDNA2 (VRAM 512MB)
    2. RAM: 8GB DDR5 4800MHz (bisa upgrade hingga 64GB)
    3. Storage: SSD M.2 PCIe 512GB (bisa upgrade dengan slot SATA tambahan)

    Tes benchmark di Cinebench R23 dapat skor 9.000-an poin di multi-core, cukup tinggi buat kelasnya.

    Gaming: Bisa Main, Tapi Jangan Ekspektasi Tinggi

    Kita coba beberapa game di resolusi Full HD, dan ini hasilnya:

    • Genshin Impact (Low Settings): 55+ FPS, masih nyaman buat daily quest.
    • Forza Horizon 5 (Low, 900p): Stabil di 30+ FPS, tapi di Full HD agak berat.
    • Dota 2 (Fastest Rendering): 114+ FPS, super lancar.

    Ada built-in speaker, tapi suaranya standar aja, lebih bagus kalau pakai speaker eksternal. Sistem pendinginnya hanya punya satu kipas, tapi heatsink-nya cukup luas, jadi performa tetap stabil tanpa overheat.

    All-in-One PC Terbaik di Harga 6 Jutaan?

    Salah satu hal yang disukai dari Advan adalah mereka dengerin feedback. Dulu kameranya ada di bawah (aneh banget), sekarang udah dipindah ke atas & dibuat pop-up. Manajemen kabel juga lebih rapi, plus ada VESA mount kalau mau dipasang di bracket.

    PC ini cocok buat yang cari komputer simpel, nggak mau ribet rakit, dan butuh performa oke buat kerja, editing, atau gaming ringan. Kelemahannya? Akses port di belakang agak susah dan suara speaker standar. Tapi dengan harga Rp6 jutaan, spek yang dikasih udah terbaik di kelasnya. Menurutmu, mending rakit PC sendiri atau ambil Advan Force One PC ini?

  • All-in-One PC Advan: Komputer Buatan Pabrik Murah buat Kerja dan Belajar

    All-in-One PC Advan: Komputer Buatan Pabrik Murah buat Kerja dan Belajar

    Halo, teman-teman! Lagi cari PC yang enggak ribet, praktis, dan langsung siap pakai? Nih, kenalin Advan One PC, komputer all-in-one yang udah paket lengkap. Enggak perlu repot ngerakit PC atau nyambungin banyak kabel. Tinggal colok power, nyalain, dan langsung bisa digunakan. Cocok banget buat kalian yang butuh PC buat kerja atau belajar di rumah.

    Desain All-in-One PC Advan

    Desainnya simpel tapi tetap stylish. Dengan layar 24 inci beresolusi Full HD dan warna yang akurat (99% sRGB), bikin kerja atau nonton film jadi lebih nyaman. Base-nya juga ramping, bikin meja kerja makin rapi. Oh ya, mouse dan keyboard wireless udah include, jadi enggak bakal pusing sama kabel-kabel yang berseliweran.

    Kalau dibandingin sama laptop, Advan One PC ini menang di layar yang lebih lega. Jadi, ngetik dokumen, bikin presentasi, atau edit video pendek jadi lebih enak. Ada juga speaker bawaan dan webcam 5 MP di bagian depan—cocok buat kalian yang sering meeting online atau video call. Kualitas webcam-nya cukup oke dan ada penutup buat privasi, meskipun posisi penempatannya agak unik.

    Spesifikasi All-in-One PC Advan

    Soal performa, PC ini dibekali prosesor Intel N100 dengan 4 core dan kecepatan sampai 3,4 GHz. Untuk kebutuhan ringan seperti Microsoft Office, browsing, atau nonton YouTube, ini udah lebih dari cukup. RAM-nya 4 GB, tapi tenang, masih bisa di-upgrade kalau butuh performa lebih. Penyimpanan SSD-nya 128 GB bikin loading cepat, dan kalian juga bisa upgrade ke SSD NVMe kalau mau yang lebih ngebut.

    Sayangnya, kalau dipakai buat gaming berat atau editing video profesional, ini kurang ideal. Tapi, buat edit video pendek kayak konten TikTok di CapCut, Advan One PC masih bisa diandalkan. Render video 1 menit resolusi Full HD cuma butuh 30 detik, lho!

    Kesimpulannya, Advan One PC ini pilihan pas buat kalian yang enggak pengin ribet. Harganya juga ramah kantong. Cocok buat kebutuhan kerja ringan di rumah, kantor, sekolah, atau rumah sakit. Jadi, kalau kalian butuh PC praktis yang langsung siap pakai, Advan One PC ini bisa banget jadi solusi.

error: Content is protected !!